photo source: bustle.com
Review BTS: Bring The Soul (2019) Bahasa Indonesia
BTS: Bring The Soul (2019)
South Korea
Produced by Big Hit Entertainmen
Directed by Park Jun-Soo
Starred : BTS
Sejak SMA, ketika saat itu sudah mulai ramai drama Korea dan serial Running Man, gue selalu menolak dengan keras jika ada yang menawarkan gue untuk menonton. Simply karena gue tau bahwa hal yang berbau Korea itu semudah itu mempengaruhi orang apapun medianya, entah film, drama serial, sekarang malah skincare.
Lalu sampailah 3 bulan lalu. "Sebentar lagi kamu rebutan tiket konser nih kalau BTS ke Indonesia" ujar Ais, pacar gue yang langsung gue geplak tangannya. "Nggak, aku nggak seaddict itu ya." Bela gue saat itu mengingat gue memang hanya mendengarkan 3-4 lagu andalan BTS.
2 bulan kemudian ketika gue menemukan bahwa BTS akan dibuat dokumenternya dalam waktu dekat, "Kita nonton Bring The Soul, oke?" Tanya gue ke Ais yang sebenarnya lebih bersifat mengonfirmasi. Dia hanya menjawab "Okeee" sementara sepupu gue yang kala itu gue ceritakan dengan semangat menjawab "WELCOME TO THE CLUUUUB".
Gue menolak dibilang Army (sebutan fans BTS) karena bahkan gue pun nggak bisa menyebutkan para personil-personil lainnya. Ketertarikan gue dengan BTS dimulai ketika menemukan RM di salah satu penampilan live mereka, leader of BTS yang saat itu langsung terpancar terang wibawanya, hadeh. Hingga saat ini yang gue tau pasti hanya RM, kalau lo tanya yang ini personilnya namanya siapa - jelas gue bukan orang yang tepat untuk ditanya hal itu.
Di atas adalah penjelasan relationship that I have between gue dan boyband Korea yang mendunia ini, untuk menunjukkan netralitas dan awamnya gue dalam review kali ini.
photo source: imdb
Bring The Soul (2019) nyatanya dokumenter ketiga yang telah ditelurkan Big Hit Entertainment untuk menceritakan kisah dibalik kemegahan performa BTS. Dokumenter kali ini menyoroti perjalanan BTS dalam tur dunia mereka di konser Love Yourself yang menyambangi beberapa kota baru termasuk negara negara di Eropa dan Amerika Utara.
Film diawali di Paris, malam sebelum natal, ketika mereka mendapat waktu rehat sebelum pertunjukkan Paris berikutnya lalu konser penutup mereka di Seoul, Korea. 7 personilnya menghabiskan semalam suntuk sembari makan malam, minum wine, dan berbincang flashback tentang perjalanan mereka di tur ini. Cerita dan keluh kesah masing-masing personil diungkapkan, juga diselingi dengan cuplikan penampilan dan behind the scene dari tiap konser mereka.
Berniat untuk menghadirkan cerita dari tiap perspektif personilnya, mencoba membuat BTS tampak lebih dekat dengan fansnya, atau untuk mendokumentasikan perjalanan tur berharga ini. Memiliki konsep yang menarik tapi sayang eksekusinya tampak tidak disusun dengan matang sehingga rasanya hampa dan tidak bernyawa.
BTS disiarkan hanya dalam periode terbatas, 7-11 Agustus 2019 di bioskop tertentu.
photo source: imdb
Mengingat level BTS di kancah dunia rasanya sudah sangat diperhitungkan, nggak heran gue memiliki ekspektasi yang cukup tinggi untuk dokumenter kali ini. Karena gue belum menonton dokumenter sebelumnya jadi gue juga nggak punya bayangan seperti apa film yang dijual Rp 180.000 per tiketnya ini.
10 menit pertama film berjalan gue masih bertanya film ini akan mengambil perspektif mana dan penonton akan dibawa kemana. Nyatanya hingga hampir 2 jam penayangan, arahnya baru jelas bahwa ini tentang flashback para personilnya di tur yang sangat berarti buat mereka di 30 menit terakhir film berakhir.
Again, karena gue masih awam untuk hal berbau BTS di sini, gue merasa tidak semua personil mendapat porsi yang tepat dalam keseluruhan film. Mengerti bahwa personilnya yang banyak nggak mungkin dijabarkan satu persatu masalahnya, tapi rasanya jadi susah untuk memahami dan masuk ke dunia di dalam film karena perspektifnya kerap berganti ganti dan kalau udah fokus sama satu personil, yaudah fokus aja terus gitu.
Walaupun gitu, gue masih bisa bilang bahwa film ini di level acceptable. Rasanya memang dibuat untuk Army yang mengagumi penampilan tiap personil dari dekat mengingat shotnya deket deket banget ke muka ye, udah gitu captured kelakuan atau kebiasaan para personilnya. Buat modal teriak-teriak mah dapet lah.
Yang sangat bisa dinikmati adalah kenyataan bahwa film ini seenggaknya bisa sukses menampilkan kejujuran dan ketulusan dari kelelahan personilnya. Keliatan banget capeknya dan usahanya mereka survive untuk bisa ngasih performa terbaik, keliatan banget kecewanya tiap ada sesuatu yang nggak sesuai ekspektasi, tidak pura pura selalu excited, ada beberapa adegan yang menunjukkan seberapa tertekannya mereka, dan sebenernya seneng banget juga liat gimana mereka mengapresiasi orang orang dibalik layar atau ketika mereka mengenal satu sama lain dengan baik.
Sementara yang sangat disayangkan adalah bagaimana film ini nggak berhasil menunjukkan kemegahan mereka udah tampil di panggung panggung besar, bagaimana perjalanan panjang mereka justru ditunjukkan soal lelah dan bertahan bukan tentang how they have grown up atau bagaimana tiap kota punya cerita berbeda. Ya rasanya kaya mereka ga ngejelasin perjalanan world tournya aja gitu.
photo source: imdb
Tampaknya filmnya memang hanya dibuat untuk fansnya, sehingga orang yang tidak terlalu nge-fans akan susah untuk relate dengan perasaan yang dibangun. Mungkin kalau kamu Army sejati dari dulu ngerti banget kali ya perubahan mereka yang membanggakan kamu. Untuk gue sih ya biasa aja nggak melulu ada goosebumps ketika nonton.
Untuk level BTS gue rasa mereka udah saatnya punya dokumenter panjang yang benar-benar menyoroti perjalanan mereka dari dulu hingga sekarang, things that make hem grateful, dan bagaimana fans atau keluarga benar-benar mempengaruhi perjalanan mereka juga.
Udah saatnya BTS dihadirkan selevel Never Say Never-nya Justin Bieber, Part of Me-nya Katy Perry, atau ya sekedar This Is Us-nya One Direction. Army juga udah pantes lah dikasih apresiasi dengan mengenalkan personilnya lebih dekat lagi daripada sekedar cerita singkat dibalik panggung aja.
Akhir kata, terima kasih. Penutup filmnya sangat menghangatkan dan RM di sini banyak sekali adegan cakepnya, aku pusing.
Salam Hombimba,
Graisa
xoxo
Comentários