top of page

I Adore You

Suara rintik hujan masih menderasi minggu malam ini. Akhir-akhir ini hujan mengguyur Jakarta tanpa ampun sehingga membuat orang berjaga-jaga for worst thing that can happen.


Gue menutup pintu dan melambaikan tangan terakhir sebelum Ais berlalu dengan vespa hijaunya dan jas hujan yang melindungi tubuhnya dari rintikan hujan.


Setelah membersihkan make up karena abis dari undangan nikahan rekan kerja, gue merebahkan diri di kasur memejamkan mata.

Inginnya di lantai tapi suhu udara yang udah dingin bikin kayaknya makin menggigil aja tiduran di lantai.


Gue tersenyum mengingat beberapa adegan yang terekam di otak gue, bekerja sama dengan hati berbisik “I think I’ve got the best boyfriend in the world. If he’s not the best at least I believe lots of girl will die to get the type of him.”

Matanya selalu mengunci setiap kali gue memandangi wajahnya. Terkadang salting kalau diliatin terlalu lama.

Celotehan yang selalu nggak sengaja terlempar tapi menenangkan hati semakin men-trigger gue untuk tersenyum lebih lebar.





“Sesek banget bajunya, padahal aku gapake apa-apa (korset atau sejenisnya)” Komplainku untuk baju yang dikenakan malam itu. “Ih aku gendutan kali ya”

“Nggak. Kamu bertumbuh bukan menggendut.” Nadanya tenang dan spontan, terdengar seperti tidak berniat untuk ngarang atau menghina.

“Ga mungkin. Aneh.”

“Baju kan semakin lama semakin mengecil.” Walaupun aku gatau logikanya di mana cuma nadanya terdengar seperti ingin menenangkan.


Ingin menenangkan mungkin kalimat yang tepat untuk apa yang telah ia lakukan selama ini. Termasuk bisikan bisikan “Cantik banget sih” setiap melihat gue yang ia tau bahwa penggalan itu bisa meningkatkan sedikit rasa kepercayaan diri gue.


Beberapa hari sebelum ini gue mengobrol dengan Ka Sarah, salah satu teman di kantor.

Ia menceritakan salah satu hal yang bikin dia ilfeel sama cowok adalah ketika ia menemukan cowok ini suka komen komen di akun instagram cewek cewek “sexy” atau artis-artis cantik.


Gue tau banget cowok gue gabakal kaya gini” Kata Sarah.


Yang membuat gue juga berpikir. Ais juga nggak akan pernah kaya gitu, I can guarantee that. Dan gue juga nggak pernah terpikir sebelumnya bahwa itu sesuatu yang sebenernya valuable.

Simply, how he’s only mind his own business.


Tapi it doesn’t mean that he’s not paying attention to me.

One of his gesture yang nggak pernah missed setahun sekarang hingga hari ini, selalu memberikan komentar supportive atau emoji mendukung untuk post yang gue upload di instastory atau di twitter.

I can get the sense.

He’s trying to address - I’m watching you, I’m caring you, I’m adoring you.


Simple banget sebenernya apa yang dilakuin tapi dia tau bahwa pacarnya memiliki rasa insecurity yang tinggi terhadap dirinya sendiri dan dia hanya berusaha untuk meyakinkan pacarnya no matter how world doesn’t give a damn to you, I’ll be here telling you’re doing something right.


It’s assumptions perhaps but even if it’s - I feel better.


Source: Always Romance

Malam itu dia melingkarkan tangannya di pundak gue sampai gue tertidur lama di perjalanan pulang, udara dingin membuat dekapannya terasa lebih hangat.

Tangannya mengelus punggung tanganku sembari mengirimkan getaran via nadi-nadi ke hatiku yang membuat rasa berbisik “Beruntung ya aku punya kamu


I can write a thousands more word and praise about him but here’s him being super bawel telling me to sleep, “perasaan iya iya mulu daritadi disuruh tidur” katanya tanpa menjauhkan pandangannya dari layar televisi di seberang sana.


Okay okay. Gotta sign out now and adoring him more in my dream later tonight.

Sleep tight babe!


Salam Hombimba,


Grey!

Comentarios


bottom of page