Just when you think universe can't do any better with your day or week, when you think all they can do was joking around by messing up your mood and day. That's when universe is ready to surprise you with all the things they have been hiding over this time.
This is a story how I was surprised realising universe knew me well enough. Let's start by telling you that......it was my birthday. My 24th Birthday.
Minggu yang awalnya gue kira setidaknya akan baik baik saja - jika tidak menyenangkan, nyatanya dimulai dengan sangat menjengkelkan. Mulai dari tertidur karena menangis dimalam hari, waktu terbuang karena diseret ke drama kebohongan mantan dan kebodohan pacarnya untuk kesekian kalinya, memulai pagi hari dengan ekspektasi berlebih yang nggak kunjung kesampaian, hingga kelelahan hati mengingat kerjaan yang tertunda.
Setelah banyak mengumpat kenapa universe setega itu sama gue, pelan-pelan seluruh muka bumi ini bekerja sama untuk membuat kehidupan seorang Graisa menjadi lebih baik.
Hingga gue sampai di titik melihat kembali apa yang udah dilakukan oleh dunia ini dan Pencipta bumi untuk gue di minggu itu, membuat gue berhenti sebentar dan sejenak mensyukuri apa yang ada.
"Sebel ya ada yang nggak dateng pagi ini?" Tanya Ibu sebelum gue jalan yang cuma gue jawab dengan menghela nafas. "Udah jangan sedih sedih yah." Tambahnya lagi sebelum melepas kepergian gue ke kantor.
Pagi hari itu gue datang lebih awal ke kantor, dan memilih untuk merebahkan badan di sofa menghadap jalanan Jakarta pagi itu. Sambil mendengarkan lagu, mata gue mulai berair dan mengumpat setelah merasa bahwa semua momen ini datang di saat yang tidak tepat.
Setelah waktu menunjukkan pukul 9 pagi, gue beranjak bangun dari sofa dan melihat beberapa anak outsource yang terpaut 50 meter dari gue sudah duduk melihat layar montior mereka. Walaupun tidak pernah berinteraksi namun gue tau mereka selalu hadir lebih pagi daripada karyawan lainnya.
Memutuskan untuk bekerja dan melupakan semua hal tidak menyenangkan hari itu, gue fokus mengerjakan tugas dan menyumpal telinga dengan earphone bervolume kencang.
Tidak berapa lama datang seseorang yang tidak gue ekspektasikan, menaruh segelas coklat panas di samping tangan gue yang tengah menggerakakan mouse. Sontak gue langsung melepas earphone.
"Kak, tadi nangis yah? Ini ada coklat panas untuk bisa nenangin." Gue memandang pemberi gelas tersebut.
Salah satu anak outsource itu, laki-laki berkacamata dengan flanel, tersenyum berusaha menenangkan. Gue mengedarkan pandangan ke anak outosure lainnya yang juga tersenyum melihat gue.
"Eh.... Makasi banyak... Maaf ngerepotin...." Jawab gue lirih.
"Diminum dulu aja kak, takut kurang gula." Disaat dia sebenarnya bisa menjawab iya atau sama-sama, dia memilih untuk memastikan bahwa apa yang dibuatnya benar-benar bisa menenangkan gue.
"Ohiya, nanti aku ambil sendiri aja. Makasi banyak yah." Jawab gue lalu dibalas senyuman dan berbalik ke tempat duduknya.
Gue berbalik kembali melihat layar monitor gue. Diam dan berpikir, Universe nggak setega itu ternyata sama gue ya? Lalu berbisik pelan, orang baik itu beneran ada ya. Sembari berpikir, masa iya gue nangis sekenceng itu?
Seperti biasanya suasana kantor selalu membuat suasana hati tampak lebih baik. Ucapan dan pelukan selamat dari orang-orang kantor membuat gue melupakan segala pikiran negatif yang terbentuk sejak pagi. Disaat tengah mengerjakan kerjaaan, tiba-tiba pesan whatsapp gue berbunyi.
"Mbak, dari harvest, bisa kirim kue sekarang ke Menara ***?" Bunyi pesan tersebut menyebutkan gedung perkantoran gue. Dengan dahi berkerut gue menyetujui. Tidak berapa lama, datang panggilan lagi yang mengisyaratkan kue siap di lobby untuk diambil.
Di lobby, mas-mas Harvestnya memandang gue dari atas sampe bawah. "Yakin mau bawa sediri mbak?" Tanyanya pelan. Gue tersentak bingung
"Hm emang kenapa?"
"Emang kuat?" Gue makin mengerutkan dahi mendengar pertanyaannya "Emang segede apa?"
"Ya segede ini" Mas tersebut menunjuk kotak penyimpanan Harvest yang bertengger di belakang motornya, besarnya sebagaimana kotak penyimpanan restoran cepat saji untuk servis antar ke rumah pada umumnya.
Gue kaget luar biasa, dari siapa ini kue, pikirku.
Hingga beberapa menit kemudian gue memandangi kue tersebut hampir menangis.
Kue dari Ayah dan Ibu.
Ibu tau betul seberapa berat hati gue memulai hari ini, dan ini salah satu caranya menghibur putrinya.
Hari itu gue mengetahui salah satu temen kerja yang datang dari daerah, berulang tahun sama dengan gue. Yang berarti diulang tahun kali ini, ia tidak merayakan bersama keluarganya. Setelah menghabiskan makan siang di sebuah mall dan kembali ke kantor, teman-teman gue meminta agar kue tersebut untuk dipotong segera, akhirnya kita memutuskan untuk tiup lilin dulu dengan kue tersebut.
Setelah selama ini gue sebagai pribadi yang egois dan selalu mau menjadi pusat perhatian, entah kenapa rasanya menyenangkan ketika melalui momen berbagi hari dan kue ulang tahun yang sama.
Kue 60x40 cm itu akhirnya dibagi setiap lantai. Kalau biasanya kue ulang tahun ada cuma untuk dibagi ke meja di lantai gue, menyenangkan lainnya ketika mengetahui bahwa kue ini bisa dibagi ke kaka-kaka di lantai 2 dan 3 juga. Kaka-kaka PM, engineer, designer, tim data, office helper, juga cleaning service yang selama ini telah membantu gue kerja di kantor kebagian semua kue.
Mendengar ungkapan-ungkapan "Eh Graisa ulang tahun? Happy birthday, sini sini chatnya gue bales. Udah lama gue anggurin kan." atau "Sering sering dong bagi kue ke sini." sungguh menghangatkan hati. Apalagi tau bahwa mereka biasanya kaku dan jarang bisa mengobrol langsung dengan gue.
Beranjak sore ada lagi go-send yang menghampiri kantor untuk memeberikan Shihlin, daari sahabat baik gue, Dinko yang tau betul apa mecin favorit gue!
Rekan kerja gue, ka Dea, juga memberikan sebongkah sabun mandi yang selalu gue puji wangi sebagai kado ulan tahun. Gemas!
Menjelang waktu pulang, gue baru bisa intense mengirimkan pesan lagi dengan Ais, pacar gue. Ini adalah kali pertama gue merayakan ulang tahun dengannya. Terasa berbeda memang. Di ulang tahun kali ini gue nggak perlu memikirkan merayakan secara bersembunyi dari keluarga atau memenuhi kesenangan orang lain yang selama ini jadi beban pikiran gue di tahun sebelum-sebelumnya.
Sehingga gue sedikit berharap lebih bahwa Ais merencanakan sesuatu untuk gue, apalagi gue cukup tau bahwa dia orangnya sangat thoughtful. Sayangnya hingga akhir hari tidak ada tanda tanda bahwa Ais menyiapkan suatu acara untuk gue yang akhirnya gue terima dengan ikhlas.
Awalnya malam itu gue berencana untuk makan malam berdua, tapi setelah menimbang-nimbang, akhirnya gue pun mengajak orang tua gue juga. Akhirnya kita siap untuk merayakan double date malam itu!
"Kadonya mau dikasih sekarang atau nanti?" Ujar Ais sesaat kita duduk di bangku restoran. Ia memang sudah tampak memegang kado sejak tadi. Gue hanya menginsyaratkan terserah. Lalu ia mendorong kadonya di meja.
Ketika gue buka tas kadonya perlahan tampak kartu ucapan menghiasi kado yang dibungkus rapih.
"Pasti bukan kamu yang bungkus" Kata gue mencairkan suasana. Ketika gue lihat terlihat tulisan "instax" gue agak berdegup dalam hati. Dia tau betul gue punya kamera polaroid, masa iya dia ngasih polaroid lagi?
Ketika gue membuka bungkusnya perlahan ternyata itu adalah kardus printer untuk instax, gue langsung tercekak terharu. Gue tau bahwa harganya nggak murah, dan tau benar bahwa Ais harus menyisihkan banyak uang untuk ini.
"Tapi itu bekas nggak apa yah?" Tanyanya lagi. Gue langsung memandangnya bingung dan nggak tau harus berekasi apa. Tidak lama tangannya masuk ke dalam tas "Bekas aku pake buat ini." Ais mengeluarkan sebuah album polaroid sambil tersenyum.
Air mata gue tak terbendung lagi. Gue tau betul ini adalah gaya Ais. Ais nggak pernah ngasih sesuatu setengah-setengah atau sesuatu pada umumnya, dia pasti punya sesuatu yang membuat orang ingat tentangnya.
Perlahan gue buka albumnya, foto pertama kali kami yang diambil hampir 9 tahun yang lalu saat kami masih duduk di bangku SMA lalu diikuti momen pertama kami setelahnya. Ia print satu-satu lalu diberikan catatan kegiatan apa itu dalam bahasa Jepang.
Semua rasa kesal, emosi, dan kecewa hari itu runtuh semua. Ais tetap menjadi Ais yang gue kenal yang selalu punya cara untuk membuat gue tersenyum.
"Maaf yah hari ini aku nggak surprisin kamu. Banyak banget kerjaannya" Tambah Ais dengan wajah letihnya. "Ohiya, yang ini versi album yang nggak boleh ketauan ibu ya." Dia menyelipkan album yang lebih kecil ke tangan gue, tepat saat Ibu dan Ayah datang menghampiri kami.
Gue kira malam itu selesai begitu saja, nilai manis dan rasa syukur yang tak henti gue ucapkan. Setelah gue mengucapkan terima kasih kepada Ibu dan Ayah hari itu, gue beranjak ke kamar dan menemukan sebuket bunga di kasur.
"Surprise nggak selalu soal datang ke rumah pagi-pagi bawa kue kan? Bilang makasi tuh sama Ais." TKata Ibu setelah melihat gue tersenyum besar memegang bunga tersebut. Lagi-lagi anak itu nggak keabisan akan untuk membuat gue tersenyum.
Malam yang terlalu manis itu ditutup dengan membawa pesan-pesan ulang tahun dari sahabat-sahabat gue. Lalu gue diam sebentar dan mengingat bahwa semua orang penting yang ada di hidup gue mengucapkan ulang tahun tahun ini dan tepat waktu.
Masih ingat dipikiran gue ketika beberapa sahabat gue terlewatkan mengucapkan tepat pada hari H atau ucapan yang terdengar template. Membaca pesan mereka satu-satu malam ini, gue mengingat lagi siapa orang penting yang belum mengucapkan hingga hari itu? Jawabannya, nggak ada.
Universe emang suka bercanda.
Setelah menutup hari kemarin dengan sangat sempurna, gue tidak mengharapkan apa-apalagi di hari kedua karena hari besarnya pun sudah lewat. Senyum gue masih mengembang membayangkan hari kemarin.
Namun, baru sejam gue duduk di kantor, lagi-lagi gojek menelpon bahwa ada makanan di bawah untuk gue. Ternyata dari Jojo yang kemarin hampir lupa ulang tahun gue, lalu menyempatkan go-send red velvet, kue favorit gue ke kantor!
Belum lagi pesan Charles yang katanya menitipkan kado di security apartemen! Sahabat-sahabat yang super gemas dan nggak rela gue bahagia cuma satu hari aja.
Ketika makan siang, gue menghabiskan waktu di meja sementara teman-teman gue yang lain makan di pantry. 15 menit pertama gue sempatkan telfon Ais yang katanya sedang di jalan setelah makan siang. Setelah itu gue buka-buka lagi foto kemarin, bersyukur dengan apa yang gue dapatkan.
Tiba-tiba dari belakang terdengar nyanyian ulang tahun dari teman-teman gue dari arah belakang kursi. Ketika gue menengok ke kanan, tampak mereka semua bernyanyi sambil memegang Ati Ampela dari Texas dan Ceker Goreng dari Bebek H. Slamet. Menu makan siang andelan gue!
Hampir ingin menangis melihat seberapa kenalnya temen-temen kantor gue dengan makanan kesukaan gue, ketika gue menengok ke kiri.....
Ais, satu loyang Red Velvet Union, dan senyumnya yang menghangatkan.
Tangis dan tawa gue langsung pecah bersamaan, tidak menyangka bahwa universe bukan hanya bercanda tapi memeluk gue dengan hangat.
"Tuh katanya mau di suprise-in. Tuh abang dateng jauh-jauh." Seru Ka Sarah melihat gue masih bengong memandangi semuanya. Ia lalu menyelipkan 2 buku non fiksi sebagai hadiah ulang tahun gue, terbaik!
"Aku kemarin ngejar deadline supaya bisa dateng hari ini. Kalau kemarin pasti kan ketebak banget" Tambah Ais lagi yang gue sadari dia memakai baju lengan pendek - yang berarti dia ambil cuti hari itu. Gue nggak bisa berkata-kata lagi selain memeluknya sambil berbisik "makasi, makasi, makasi"
Sekali. Sekali saja gue pernah berkata bahwa gue pengen dikasih red velvet union satu loyang. Belum pernah ada yang ngasih sebelumnya. Tapi itu 5 bulan lalu. Nggak nyangka bahwa ia masih mengingatnya.
Malamnya, Ais datang ke rumah dengan motor barunya mengajak gue kencan untuk birthday dinner di nasi uduk langganan depan rumah. Ais pernah janji diawal kami berpacaran bahwa mungkin ia tidak punya kendaraan sendiri saat itu, tapi di hari ulang tahun gue, dia akan mengajak gue jalan-jalan dengan kendaraannya sendiri. 6 months later......
Malam itu gue berdoa sama Allah, terima kasih bahwa sudah mengirimkan jawaban untuk seluruh doa gue dalam wujud Ais. Ditutup dengan QS. Ar-Rahman: 13.
Akhir pekan itu gue tutup dengan makan malam sekeluarga di Westin Hotel, it was intimate. Makanan yang enak dan obrolan yang hangat. Disekelilingi orang-orang yang sangat gue sayangin dan gue harap waktu nggak berhenti untuk merengut apa yang gue punya.
Kakak gue memberikan kado yang sangat memorable, skincare BTS agar gue terus mengilhami untuk menjadi Army :") sementara teman baik gue lainnya, Ara, memberikan gue handuk dengan wajah gue - princess snow white. Couldn't love her more!
Tahun ini Universe mengajarkan gue bahwa segala sesuatu yang tidak sesuai ekspektasi belum tentu berakhir lebih buruk, bahkan bisa lebih baik. Semua tentang bagaimana kita harus sabar, ikhlas, dan percaya bahwa selalu ada orang yang peduli sama kita, hanya tentang kita mau lihat itu atau enggak.
Definitely the best birthday ever! Thank you so much for all the wishes and the gifts! Your wishes means a lot to me!
See you next year!
Salam Hombimba,
Graisa
xoxo