top of page

My Experience Talking To Engineers in One of Indonesia's Biggest Start-up Company


Sarjana Ilmu Komunikasi dari salah satu Universitas Komunikasi Swasta di Indonesia, gelar yang akhirnya didapat setelah 4 tahun menimba ilmu menjadi komunikator yang baik. Nggak hanya berbicara tapi juga pendengar yang baik. Dikelilingi orang-orang dengan passion yang sama, berbicara.

 

It’s been almost a year since I got my first job during my third year of school. Senja itu orang-orang sudah pulang, gue masih gelisah menunggu panggilan sidang skripsi yang nggak kunjung datang. Telfon hari itu justru datang dari perusahaan yang sering tampak di billboard jalanan, menawarkan lembaran baru untuk jenjang karir profesional gue. Mengingat apa yang ditawarkan sesuai dengan harapan kantor bak impian gue, I took the job.

Content Operations, nama posisinya. Selain obviously nge-handle konten yang ada di interface (tampilan site di app maupun web), gue juga diberi kesempatan untuk memberikan ide improvement pada toolsnya. Whether tools yang gue pakai untuk kerja, maupun fitur baru yang bisa digunakan customer. Menarik, batin gue saat itu.

Membuat inovasi baru di fitur atau di tools nggak bisa dikerjain cuma dengan tim gue tapi juga bekerja sama dengan stakeholders lain, bisa Product Manager, Designer, dan pastinya Engineer.

 

Definisi Engineer ga lebih dari insinyur yang bekerja di dunia perminyakan untuk gue masa kecil. Semenjak kerja di sini gue jadi tau ada pula engineer yang harus bertempur menulis koding, mengusir bug, sampai melakukan injection data. Gue kurang paham bagaimana mengartikan Engineer di kantor ini sebenernya karena bagiannya banyak banget, tapi gue akan mengartikan kaka kaka di bagian front-end, back-end, local, bahkan data team sebagai engineer.

Pekerjaan engineer emang selalu menarik untuk gue, tapi siapa yang pernah mengira kalau individunya jauh lebih menarik lagi. Mari gue kenalkan - disclaimer: this is just for fun.

 

Randy: Si Eksentrik nan Awkward

Pertama kali bertemu, Randy punya kesan bad boy dan pribadi yang optimistic. Meeting pertama dengannya ketika mengenalkan produk baru untuk tim gue. Gayanya selalu didominasi dengan jeans, flanel, kacamata, dan rambut panjangnya yang diikat tengah. Entah kenapa, walaupun gayanya cenderung santai layaknya Artist, tapi garis mukanya yang keras dengan mata sipitnya benar-benar menggambarkan dia seorang engineer.

Setelah itu beberapa kali kita tek-tok-an di chat untuk mendiskusikan produk ini. Di chat pun anaknya tampak komunikatif dan nggak kaku. Gue kira diskusi singkat itu menunjukkan kita emang udah saling tau satu sama lain, yang berarti emang aware akan existence masing-masing di bumi ini.

“Eh belom pulang kak?” Sahut gue basa-basi ketika akan berjalan pulang ke pintu keluar. Pertemuan pertama setelah meeting pertama kemarin. Yang disahut awalnya berjalan cepat malah kaget gelagapan “e.ee.e gimana, e e ya.”

Raut wajahnya agak kaget dan panik seakan-akan nggak pernah diajak ngomong dengan seseorang atau clueless melihat gue. Waktu itu emang keadaannya di tangga darurat sih, tapi it’s not like we just met kan? Sebelum gue sempat menjawab, anaknya udah langsung jalan cepat masuk ke lantai kerjanya. Gue terdiam, masa iya dia lupa gue?

Nggak berhenti sampai disitu. Karena beberapa kali ngobrol di chat untuk nanya follow up tools - walaupun akhirnya cuma dijawab “hehe sorry ya bu belum bisa, effortnya gede euy'.

Pernah papasan di lobby pas mau pulang. Pas disapa dia malah senyum awkward dan langsung jalan cepet sambil nunduk. Padadal ada momen di mana dia nyamperin ke meja gue untuk lihat perkembangan tools. Berarti dia emang tau gue kan?! Gimana deh tuh? Apakah mungkin dia baru tau yang namanya menyapa dan papasan di muka bumi ini ya?

Sebelum lo mikir bahwa Randy mungkin grogi ketemu gue, eit gausah ke geeran. Mon maaf nih, Randy kaya gini ke semua temen-temen satu tim gue juga yang emang notabene nya cewek semua. Nah, mau apa lu?

 

Ghana: Pemilik Senyum Tipis yang paling Helpful

"Ahh itu mah Randy aja yang emang pemalu.” I thought so!!

Sampai akhirnya gue ketemu yang satu ini. Ghana, punya gesture pendiam tapi sangat fokus dengerin ketika orang bicara, raut mukanya tampak jelas berasal dari Sumatera Utara. Setiap bicara, Ghana nggak pernah menatap mata pembicaranya langsung tapi jangan salah, kerjanya paling cepet dan responsif dibanding engineer lainnya.

Gue lupa gimana pertama kali ketemu, cuma posisinya dalam jenjang engineer emang paling relateable sama tim gue jadi untuk diskusi jauh lebih sering daripada gue diskusi sama Randy.

Saat itu lagi workshop untuk anak-anak yang baru masuk 6 bulan terakhir, karena perbedaan gue dengan member terakhir di tim gue terpaut 2 tahun jadilah gue kesana sendiri. Walaupun agak awkward karena di sana sendiri tapi tiba-tiba gue liat Ghana datang dari arah pintu.

Memberanikan diri gue menyapa, “Eh halo mas Ghana!” Again…. ini karena asas gelar komunikasi yang terpaut di nama dan yaaa kan suka chat bareng masa ga nyapa?? Sayangnyaa, senyuman manis dan lambaian tangan gue cuma dibales dengan senyuman tipis, anggukan, dan bergerak cepat jalan menghindari gue. Mati gaya. Abis.

Gue kira apa gue anaknya sok asik ya jadi orang males gitu nyapa balik. Padahal mah perasaan masih batas wajar dan nggak yang teriak-teriak banget. Ketika gue balik ke meja dan mengeluhkan kenapa engineer pada menjauh ke tim gue, eh ternyata temen temen gue pun juga mengeluhkan hal yang sama - jadi tolong dicatat, the problem is not on me.

Nala, kaka senior yang paling deket sama gue bilang juga dia pernah beberapa kali papasan sama Ghana di tangga dan coba nyapa tapi anaknya cuma senyum tipis, mengangguk tanpa ada eye contact.

Padahal kalau di chat dia jawabnya seru dan cukup komunikatif. Atuh mah pada kenapa si???

 

Raditya: ................

Beda Randy, beda Ghana, beda pula sama yang satu ini. Udah pasti yang satu ini bikin gregetan banget. Raditya hari-harinya berurusan dengan data, tubuhnya jangkung dan matanya selalu fokus di belakang kacamata bingkai hitamnya, jarang terlihat senyum tapi memberikan kesan pemikir yang keras.

Untuk gue, anak data emang pengecualian. Hari harinya yang udah berat ketemu massive data dan lebih seneng memainkan jari di atas keyboard, jadi emang nggak ekspektasi banyak kalau untuk ngobrol.

Pertemuan pertama dengannya di sebuah meeting cukup besar. Suaranya kecil dan kebanyakan menggunakan bahasa data tapi setiap permintaan yang dibutuhkan tim disanggupinya. “He’s one of our best asset. He’s beyond clever” ujar Ariana, salah satu associate product manager gue.

Di meeting itu Rio selaku product manager mengenalkan setiap tim, dan mengenalkan Raditya kepada tim gue. “Guys, ini Raditya, dit ini anak anak konten ya”

“......”

Yang dikenalin matanya kemana-mana tanpa megeluarkan sepatah katapun.

Harusnya gue udah bisa nebak kalau setidaknya yang satu ini nggak akan lebih baik sebagai rekan komunikator dibanding Randy dan Ghana. Tapi ya dilalah kebodohan gue dan temen satu tim gue terbiasa ngomong, saat itu akhirnya kami papasan di pintu menuju tangga darurat

“Hai Ka Radit!” Sapa kami dengan ceria. Bisa nebak nggak responnya apa? Ee jangankan bisa gelagapan ala Randy atau senyum tipis ala Ghana, anaknya diem aja dong melihat lurus ke depan dan sekedar liat kanan kiri ala cari orang

Padahal jelas suara kita cukup didenger oleh orang-orang sekitar, dan keadannya pun lagi nggak rame. Gue langsung nengok menghadap Nala memandang satu sama lain “Grey, kita emang hantu ya di sini tuh?

 

Bisma: Jajaka Amis Nanging Galak

Gue kira peruntungan gue dicuekin sama engineer berupa kutukan yang tidak akan pernah berakhir. Setelah gue introspeksi dan nanya-nanya sama orang lain, apa jangan jangan gue nyapanya berlebihan yang sampe bikin malu, atau jangan jangan gue bau jadi orang ga betah deket gue?? Alhamdulillah semua ditepis.

Meet Bisma, engineer pertama yang waktu pertama kenalan bisa membuat gue bernafas lega karena waktu berjabat tangan dia tampak hangat dan biasa aja. Tapi wait, biasa? Uh huh, I think biasa is too easy to describe Bisma.

Dikenalin oleh ka Tita karena Bisma suka membantu memperbaiki tools untuk kerjaan Tita. Selain itu, karena Bisma juga teman dekat kaka engineer yang gue suka - Ben. Bisma ini kalau mau dijelasin penampilannya ya salah satu urang Sunda yang memiliki definisi kaseup lah. Struktur mukanya sunda banget, cara berbicaranya meni sunda pisan, tapi sayang kelakuannya terkadang tidak semenghangatkan physical appearance-nya.

Karena pada awalnya nggak pernah ada kebutuhan langsung soal kerjaan, biasanya komunikasi kami hanya one slack away buat ngomongin Ben. Setiap ngobrolin Ben, Bisma selalu menyemangati gue dan selalu memberikan informasi yang gue butuh.

Again, mungkin karena kebutuhan komunikasi kita hanya kasual aja jadi Bisma emang fun-fun aja diajak ngobrol. Ini juga sempet dipertanyakan sama temen gue dari divisi lain yang melihat gue chat sama Bisma, menurutnya Bisma kalau ditanya soal kerjaan tidak se-fun itu.

Hingga akhirnya, ada satu project kolaborasi antara divisi gue dan Bisma. Cara berbicaranya langsung berubah 180 derajat kalau diajak ngomong soal kerjaan, sesimple mungkin. Kalau bisa cuma jawab pake emoticon atau reaction pake emoticon deh. Tapi giliran lain waktu ditanya soal Ben, dia bisa jawab biasa aja.

Terus gue pernah nyoba bolak balik nanya kerjaan - nanya Ben - nanya kerjaan - nanya Ben, eh malah jadi jutek beneran EHEHE.

Ehh bener aja, dibeberapa kesempatan kami hanya papasan berdua bisa aja tuh gue disapa cuma lirikan mata. LIRIKAN MATA DOANG. Ya Allah salah apa aing teu? Giliran pas lagi sama temen-temen gue, bisa juga cuma disapa pake menaikkan alis dan gerakan tangan awkward-halo.

Yaudah iya terserah.

 

"Enak ya lo kerja di startup gede, anak muda-muda, pinter-pinter, cakep-cakep lagi. Bisalah dapet pemandangan yang menginspirasi terus." Ujar mereka, rekan-rekan saya yang tampaknya belum kebayang betapa susahnya para engineer ini untuk diajak ngobrol di kehidupan nyata.

Suatu waktu gue menyempatkan ngobrol dengan seorang engineer lainnya yang tengah seru diajak diskusi (di chat dong tentunya), gue langsung menyampaikan keluhan ini. Dia cuma tertawa (dalam bentuk wkwk) dan bilang kadang para engineer ini emang perlu dibiasain buat diajak ngobrol lebih panjang yang ga penting, supaya kurang segannya. Karena selama ini cuma ngobrol sesama engineer, ataupun kalau nggak para cowok jadi mungkin agak segan dan gatau harus ngapain kalau disapa sama cewek, strangers lagi.

Dan benar lah, akhirnya gue memulai obrolan random yang walaupun masih berakhir awkward tapi seenggaknya lebih ditanggepin daripada halo doang ye kan.

Dengan keberanian dan kesadaran penuh gue beranikan diri untuk menyapa Randy "Kakkk Selfie yuk, buat ibu nihh." yang ditanggapi dengan senyuman lebih hangat "yuk yuk."

Memotong Ghana waktu lagi menjelaskan "Eh mas bentar gimana, ke distract gue bulu mata lo panjang banget dah, bagus." yang ditanggapi dengan ketawa kecil "hahaha iya nih kak parah."

Nyatanya Raditya juga masih bisa membalas sapaan "Gila, Ka Radit laptopnya mac banget nih sekarang? Mantapp." dengan "Iya nih, biar bisa nongkrong di starbak"

Dan Bisma dengan senyum - yang akhirnya, hangat juga bisa membalas "emang kenapaaa kalau punyaa?" waktu ditanya iseng "Eee ka Bisma punya pacar ga si?"

Kenyataannya ngobrol sama engineer secara langsung emang nggak bisa sekedar nyapa aja, tapi juga harus dipancing dengan obrolan lainnya. Setelah setahun melalang buana dari lantai ke lantai bertemu dengan berbagai macam engineer, akhirnya sempat beberapa kali ngobrol dan diskusi. Emang nggak bisa di pungkiri kalau otaknya pada pinter pinter banget sih. Gini ya, kan manusia nggak ada yang sempurna jadi kalau udah cakep, terus pinter, masa mau nuntut macem macem lagi?

Tapi ya seenggaknya semoga ditahun ini peruntungan gue bisa diskusi lebih sama para engineers ini, yang lebih berfaedah, nggak berhenti di sekedar lirikan mata atau gelagapan yayaya aja. Bisa memulai obrolan lebih panjang, kalau bisa diajarin ngoding sekalian!

Tuk para engineer, semoga di tahun ini bisa lebih less - segan lagi, mengertilah bahwa kami hanya seorang dengan gelar belakang S.IKom atau S.Sos yang emang terlahir harus banget ngobrol sama orang! hahaha ga deng, tapi yaudahlah nyapa dikit ga dosa kan?!

Good luck buat kamu yang mau cari jodoh anak engineer! In some ways, they're indeed an awesome human-kind!

Salam Hombimba,

Graisa

xoxo

bottom of page