Sudah lebih dari sebulan Film Dua Garis Biru garapan Gina S. Noer menghiasi layar perak dan gaung pujian masih mengalir disuarakan netijen bahkan masih bertengger di beberapa bioskop.
Mulai dari sekedar mengapresiasi, membagikan ulasan pribadi, memuji kemahiran akting Angga atau naturalnya Zara, memecahkan teori dibalik kehadiran ondel-onrdel, kerang, atau jus strawberry, hingga mengomentari kesenjangan gender ketika tau bahwa hanya satu pihak yang dikeluarkan dari sekolah.
Untuk gue, salah satu ramuan film yang di bulan pertama sejak rilisnya ini bisa meraup lebih dari dua juta penonton adalah kehadiran adegan dan dialog yang sangat lekat dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini pastinya juga dilatar belakangi kerja keras tim penulis naskah untuk meriset dan memilih diksi yang digunakan.
Kilas balik dikit yuk bagaimana adegan dan dialog ini rasanya bikin kita tersenyum!
SPOILER ALERT
1. Adegan Kelas Selesai & Konfirmasi Remedial
Nggak bisa dipungkiri adegan pertama udah mancing bikin senyum senyum banget waktu guru nyebutin satu-satu nilai dan menyuruh siswanya berdiri, nggak lupa diselingi dengan komentar nyinyirannya dan judgmentalnya seperti waktu Dara dapat 100 dianggap punya masa depan yang lebih cerah dibandingkan Bima yang cuma dapet nilai 40.
5 tahun yang lalu terakhir gue duduk di bangku SMA, jadi gue nggak yakin betul bahwa hal hal kaya gitu masih ada atau nggak. Tapi yang bikin menghangatkan hati ketika tau bel sekolah berbunyi dan ada ungkapan "beri salam" "selamat siang pak" lalu diikuti oleh Vini (Shakira Jasmine) yang nyeletuk "Pak ada remedi kan?".
Walaupun remedi kayaknya diksi yang aneh dibanding dengan dulu potongan kata "remed" aja yang gue gunakan, tapi adegan ini membuat gue bener-bener terbayang serunya masa SMA. Ditambah pula dengan lagu latarnya yang menaikkan mood dan freshnya film ini.
Adegan mendukung lainnya juga tergambar waktu Vini yang memotong keseruan Dara (Adhisty Zara) dan Bima (Angga Yunanda) dengan mencetus "Gue mau bimbel dulu". Ditambah dengan sindiran teman-teman di kelas yang menggunakan istilah "Udah nikahin aja nih pak." Bisa relate banget.
2. Dara & Sebutan Boyband Korea Favoritnya
Hal lainnya yang bikin senyum-senyum sendiri adalah ketika Dara dan Bima sudah berada di dalam kamar dan Bima menyadari bahwa dinding Dara dipenuhi dengan poster-poster boyband Korea favorit Dara.
Walaupun gue juga nggak begitu paham Korea banget dan nggak tau pula apakah poster itu saling berkaitan, tapi cukup terenyuh ketika Dara mengibaratkan para model di poster tersebut adalah "suaminya."
"Ini semua suami suami aku" Kalau ga salah, begitu penggalan dialognya. Rasanya langsung relate dengan teman-teman yang menyukai Korea di sekitar gue yang kerap membahasakan idolanya dengan ungkapan itu. Ini menunjukkan kejelian penulis naskah bahwa untuk menguatkan karakter, pemilihan diksi juga perlu diperhitungkan.
3. Adegan Makan Kerang
Untuk gue yang suka banget makan seafood nasi uduk di pinggir jalan, rasanya udah cukup relate melihat Dara dan Bima di adegan makan kerang disertai dua teh manisnya.
Tapi adegan itu semakin terasa relate ketika Bima menantang Dara untuk makan kerang yang menurut Dara tidak fresh, lalu Vini mengompori dengan mencetus "Wah, nantangin, buktiin Ra".
Lalu setelah Dara makan diikuti adegan Bima mengacak rambut Dara yang ditutup dengan refleks Dara menyahut "Bim kotorrrr tangannya" setengah berteriak. Uwuu, I could relate.
4. Reaksi Sebelum & Sesudah Hasil Kehamilan
Salah satu adegan emas menurut gue adalah perbedaan reaksi Dara & Bima yang coba digambarkan ketika keduanya baru melakukan hubungan badan versus ketika hasil kehamilan keluar. Gue merasa emosi yang coba digambarkan pada adegan ini tersampaikan dengan baik dan jika hal ini terjadi di lingkungan gue, reaksinya tidak akan jauh berbeda pula.
Momen ketika hubungan badan itu terjadi atas dasar khilaf dan keduanya sama sama tersentak, keesokan harinya pasti Dara (atau sisi ceweknya) berusaha menjauh dari si cowok. Selain karena ada rasa kecewa juga kenapa dirinya membiarkan semuanya terjadi, ada pula perasaan kalut merasa bersalah tapi kesal juga sama cowoknya. Perasaan yang nggak bisa digambarkan, dan kalau dekat-dekat sama cowok itu jadinya sensitif. Sementara cowoknya berusaha ingin memastikan bahwa si cewek baik baik saja. Sehingga penggambaran bagaimana Dara berusaha menjauh dari Bima namun Bima terus mengejar Dara tampak pas.
Berbeda ketika hasil kehamilan positif keluar, justru Dara yang berusaha mencari Bima - takut takut Bima kabur dan nggak mau bertanggung jawab. Sementara di momen ini justru Bima yang panik dan berusaha menjauh dari Dara, yang tadinya berusaha selalu bersama, kepanikan Bima malah membuat Bima selalu kabur dan menghindari Dara.
Bagaimana dua situasi berbeda di waktu yang sangat dekat nyatanya memberikan hasil yang beda banget juga. Seneng banget lihat keberhasilannya adegan ini digambarkan.
5. Adegan Meja Makan
Penggambaran emosi kalutnya Bima terus berlanjut hingga sampai rumah. Reaksinya yang bergetar dan hanya diam memancing Ibunya (Cut Mini) menebak-nebak apa yang terjadi dalam hidup Bima.
Mungkin tampak personal, tapi penggambaran ini merupakan salah satu adegan sempurna untuk gue, tampak bercermin melihat penggambaran seberapa hubungan antara Ibu dan Anak yang dipenuhi insecurities. Rasanya seperti melihat adegan meja makan di rumah sendiri.
Bagaimana Ibu berusaha menebak-nebak apa yang terjadi dengan Bima sementara Bapak (Arswendi Bening Swara) dengan santai menenangkan Ibu bahwa tidak usah panik dalam menanggapi kelakuan Bima.
Dialog "Kamu narkoba Bim? Iya Bim? Aduh pak anak kita narkoba pak, mirip sama anak bu xxx. Aduh ibu pingsan aja deh kalau gini caranya" rasanya menusuk di hati, terasa sesuai realita banget bagaimana ibu memiliki persepsi berlebihan terhadap suatu peristiwa dan merasa pingsan adalah hal yang lebih baik terjadi.
6. Momen UKS & Reaksi Kepala Sekolah
Tidak dapat dipungkiri bahwa adegan UKS adalah salah satu adegan yang paling sering dibicarakan selama satu bulan terakhir penayangan film ini. Keberanian Gina dalam mengambil adegan dalam sekali take, mengumpulkan segala emosi dan pemain bertalenta dalam satu frame yang sama memang tidak bisa dianggap main main.
Emosi Mama Dara (Lulu Tobing) atau Papa Dara (Dwi Sasono) yang mengawali adegan ini dengan sahutan refleks tampak natural yang juga dianggap orang menjadi pengawalan yang baik untuk sebuah klip yang dinilai adegan terbaik dari keseluruhan film.
Namun, di samping itu yang menarik perhatian gue untuk menilai bahwa adegan ini sangat relatable terpancar ketika Mama dan Papa Dara yang berusaha meyakinkan Dara bahwa Bima yang memaksanya untuk berhubungan badan. Sementara, di waktu yang sama Ibu dan Bapak Bima mengonfirmasi Bima bahwa apa benar anak yang dikandung Dara merupakan anak Bima.
Statement "Kamu dipaksa kan, nak? Bilang sama Papa kamu dipaksa sama dia." dan "Benar Bima itu anak kamu? Jawab Ibu, Bima." yang digaungkan dalam satu frame tanpa dibuat timpang tindih menunjukkan seberapa kuat dan nyata adegan ini ada di kehidupan sehari-hari kita.
Ditambah pula ketika Mama Dara menyatakan bahwa sekolah tidak mau bertanggung jawab dan mengeluarkan Dara secara sepihak. Lalu kepala sekolah masuk dan menyangkal pernyataan tersebut dengan gimmick andalan "Loh bu, tadi bukan begitu loh yang saya sampaikan."
Menggambarkan dengan sempurna bagaimana instansi pendidikan memang kerap bermain dengan kata-kata dengan fakta yang ada tanpa mau dipojokkan. Kepala sekolah yang bersikukuh bahwa ia tidak mengeluarkan Dara secara gamblang namun dengan sifat penganjuran. Picture Perfect seberapa naifnya sekolah menanggapi kejadian semacam ini.
7. Adegan Bima & Dewi
Sebagaimana hubungan adek-kaka, adegan Bima dan kakanya, Dewi (Rachel Amanda) juga cukup mengingatkan gue dengan bagaimana kalau gue dan kakak gue kala saling kesal. Walaupun pertemuan mereka agak kasar dan terasa kaku, tapi reaksi Dewi cukup bisa ngegambarin cewek banget kalau lagi emosi.
Gimana dia berusaha mukul-mukul kesel Bima sampai gerah sendiri terus buka kerudung asal, sampai dengan ketika Dewi memutuskan untuk ikut ke prosesi lamaran dan mengancam Bima kalau bikin malu "Awas lo ya bikin malu" ujarnya yang kemudian ditanggapi Bima dengan senyum kecil.
Adegan itu ditutup dengan Dewi yang berusaha mengarahkan mobil untuk keluar dari parkiran, yang tampaknya refleks sehingga membawa kesan natural.
8. Adegan Mencari HP
Adegan lainnya yang mengingatkan gue dengan kelakuan ibu di rumah adalah bagaimana panik dan salah tingkahnya Mama Dara ketika mengetahui bahwa keluarga Bima akan datang berkunjung ke rumah. Segala macam alasan dipakai untuk pergi dari rumah dengan adiknya Dara. Adegan ini tampak semakin relatable ketika kendala ia kerap tidak jalan adalah HPnya yang hilang di rumah, terselip entah di mana.
Sembari berusaha menjelaskan ke suaminya bahwa nggak mungkin dia untuk tinggal di rumah dengan alasan ga masuk akal, Ibu Dara menyuruh pembantu rumah tangga mencari HPnya. Lanjutan adegan ini semakin menghangatkan ketika HPnya ditemukan oleh suaminya yang awalnya terus meyakinkan dengan nada keras "Kamu bisa nggak sih dengerin aku dulu?" lalu menghela nafas mengerti bahwa istrinya hanya panik sambil berkata "Sini, duduk dulu, kita bicarain baik-baik."
Aku seperti melihat jelas gambaran orang tua yang panik namun nggak tau harus gimana.
9. Adam dan Teriakan Ibu
Siapa yang tidak bergetar mengingat adegan diskusi antara keluarga Dara dan keluarga Bima di mana mereka menyatakan bahwa ingin memberikan anak dalam kandungan Dara kepada orang lain. Emosi dala diskusi itu terus terbawa hingga Bima pulang ke rumah dan Ibunya langsung melmpiaskan emosi dengan membuat sambal kacang.
Namun yang paling menggetarkan dan terdengar sangat lekat dengan kehiudapan nyata adalah ketika Ibu Bima mulai bergumam bahwa ia merasa memiliki hak atas Adam, anak yang dikandung Dara sebagai neneknya.
"Gimanapun juga Adam itu cucu Ibu" yang lalu disahuti oleh Dewi "Siapa Adam?" "Itu nama bayinya, Ibu yang ngasih nama" Jawab Bima sembari berbisik, persis seperti dua kaka adek yang lagi diceramahin ibunya.
Gongnya ditutup dengan emosi Ibu karena merasa bisikan di antara Bima dan Dewi bukti bahwa ia tidak didengarkan - yang kemudian menurut gue disematkan dengan line terbaik, "Bima, dengerin ibu! Kamu tuh yang tegas ya jadi laki-laki!" Ugh, bisa banget aku ngebayangin ibu aku ngomong hal yang sama kaya gini.
10. Adegan Papa & Dara
Kalau daritadi lebih banyak momen, adegan, dan dialog dari ibu yang lebih mendominasi, nyatanya adegan Papa & Dara juga banyak meninggalkan kesan yang di hati rasanya di approve bahwa adegan ini dipilih dengan level masuk akal.
Sebutlah ketika Papa mengajak Dara membeli perlengkapan bayi untuk anaknya walaupun dilarang oleh Mamanya, tampak jelas bahwa Papa memang figur ayah pada umumnya, di mana ingin melihat anaknya bahagia walaupun mungkin bertolak belakang dengan keinginan ibunya.
Namun sebagaimana sifat Ayah yang tidak melulu cuma memikirkan anaknya tapi juga perasaan istrinya. Hal ini sempurna digambarkan ketika Dara dan Mama berantem saling berteriak lalu Papa menengahkan dan menyuruh Mama kembali ke bawah.
Lalu Papa berkata "Kamu nggak bisa ya setiap ada masalah sama mama kamu ngomongnya pake nada tinggi kaya gitu" yang secara kilat langsung membuat gue tersenyum, dialog yang udah jadi makanan gue tiap berantem sama Ibu di rumah. Tamparan ke anak bagaimana seorang Ayah menjaga perasaan istrinya.
Walaupun akhirnya dijawab dengan Dara dengan nada menantang - yang pastinya tidak mungkin saya lakukan di dunia nyata ya, ceu.
Udah cukup sekian penggalan kisah, adegan, dan dialog dari salah satu film terbaik tahun ini. Walaupun diliputi dengan kontroversi nggak penting, film ini jelas sala satu film yang akan gue rekoendasikan ke anak gue kelak.
Selain karena pesannya yang sangat membantu gue supaya nggak perlu menjelaskan bahaya berhubungan badan diluar nikah, ini juga contoh bagaimana membuat film yang tidak main-main dengan riset yang mendalam.
Terima kasih Dua Garis Biru inspirasinya!
Salam Hombimba,
Graisa
xoxo
コメント